TUGAS PENGANTAR ILMU
KOMUNIKASI
Prinsip-prinsip
Komunikasi :
- Komunikasi
adalah proses simbolik
Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti yang
dikatakan Susanne K. Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan
lambang. Ernst Cassier mengatakan bahwa keunggulan manusia atas makhluk lainnya
adalah keistimewaan mereka sebagai animal
symbolicum.
Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan
untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang.
Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non-verbal, dan objek yang
maknanya disepakati bersama.
Sifat-sifat lambang :
-
Lambang bersifat
sembarang, manasuka, atau sewenang-wenang.
Apa saja bisa dijadikan lambang, bergantung pada
kesepakatan bersama. Misalnya saja kita menyebut hewan yang mengeong sebagai
kucing, bukan kambing atau gajah. Alam tidak memberikan penjelasan kepada kita
mengapa manusia menggunakan lambang-lambang tertentu untuk merujuk pada hal-hal
tertentu, baik yang konkret maupun abstrak. Penyebutan tersebut semata-mata
berdasarkan kesepakatan saja.
Lambang ada di mana-mana. Makanan, dandanan dan
penampilan fisik, tempat tinggal, dan pekerjaan semuanya mengandung makna. Contoh,
makanan sebagai lambang. Banyak orang memakan makanan cepat saji seperti Mc
Donald’s atau Kentucky Fried Chicken, bukan karena mereka benar-benar menyukai
makanan tersebut, namun makanan tersebut memberikan status-status tertentu.
-
Lambang pada dasarnya
tidak memiliki makna; kitalah yang memberi makna pada lambang.
Makna sebenarnya terletak dalam diri kita, bukan
terletak pada lambang itu sendiri. Kalaupun ada orang yang mengatakan bahwa
kata-kata mempunyai makna, yang ia maksudkan sebenarnya bahwa kata-kata itu
mendorong orang untuk memberi makna (yang telah disetujui bersama) terhadap
kata-kata itu. Persoalan yang timbul bila para peserta komunikasi tidak
memberikan makna yang sama terhadap suatu lambang.
-
Lambang itu bervariasi.
Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya
lain, dari suatu tempat ke tempat lain, dan dari suatu konteks waktu ke konteks
waktu lainnya. Begitu juga makna yang diberikan pada lambang tersebut. Misalnya
untuk menyebut benda yang anda baca orang indonesia menggunakan kata buku, orang jepang menggunakan kata hon, orang inggris book, orang jerman buch,
orang belanda boek, dan orang arab kitab. Contoh lain dalam pemaknaannya
adalah kata bujur. Bagi orang medan bujur berarti terima kasih, sedangkan
orang-orang sunda mengartikan kata bujur sebagai pantat.
- Setiap
perilaku memiliki potensi komunikasi
Kita tidak bisa tidak berkomunikasi. Tidak berarti
bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Alih-alih, komunikasi terjadi bila
seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.
Cobalah minta seseorang untuk tidak berkomunikasi.
Amat sulit baginya untuk berbuat demikian, karen setiap perilakunya secara
otomatis memiliki potensi untuk ditafsirkan. Misalnya, jika ia tersenyum ia
ditafsirkan bahagia; kalau ia cemberut berarti dia marah atau ngambek.
- Komunikasi
punya dimensi isi dan dimensi hubungan
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi
hubungan disandi secara non-verbal. Dimensi isi menunjukan muatan (isi)
komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukan
bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para
peserta komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Misalnya, kalimat “Aku benci kamu” yang
diucapkan dengan nada menggoda mungkin sekali justru berarti sebaliknya.
Tidak semua orang menyadari bahwa pesan yang sama
bisa ditafsirkan berbeda bila disampaikan dengan cara yang berbeda. Pengaruh
pesan juga akan berbeda bila disajikan dengan media yang berbeda.
- Komunikasi
berlangsung dalam berbagai tingkat
kesengajaan
Kesengajaan bukanlah syarat mutlak bagi seseorang
untuk berkomunikasi. Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang
bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan
komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja
yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi
yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap
tujuannya tercapai).
Dalam berkomunikasi, biasanya kesadaran kita lebih
tinggi dalam situasi khusus daripada dalam situasi rutin, misalnya ketika
sedang diuji secara lisan oleh dosen atau ketika berdialog dengan orang asing
yang berbahasa Inggris dibandingkan dengan ketika bersenda gurau dengan keluarga atau teman-teman.
Dalam komunikasi sehari-hari, terkadang kita
mengucapkan pesan verbal yang tidak kita sengaja. Namun, lebih banyak lagi
pesan nonverbal yang kita tunjukkan tanpa kita sengaja. Misalnya, cara berjalan
yang mantap ketika menuju podium untuk berpidato, kontak mata, dan cara
berpakaian yang rapi, boleh jadi tanpa sengaja mengkomunikasikan suatu pesan,
misalnya rasa percaya diri.
Anda boleh saja menghabiskan waktu berhari-hari
untuk mempersiapkan pidato dan melatih pidato itu. Akan tetapi, tangan Anda
yang berada di saku, atau berulang-ulang mengetuk-ngetuk podium, atau kaki Anda
yang berjalan hilir mudik di panggung, atau suara Anda yang terputus-putus,
atau mata Anda yang menatap langit-langit atau dinding ruangan ketimbang
khalayak, tanpa Anda sadari sebenarnya menyampaikan pesan bahwa Anda agak grogi
dalam penyampian pidato itu.
Tidak berarti juga bahwa semua perilaku otomatis
menyampaikan pesan. Akan tetapi semua perilaku mungkin menyampaikan pesan.
Komunikasi telah terjadi bila penafsiran telah berlangsung, terlepas dari
apakah Anda menyengaja perilaku tersebut atau tidak.
Kadang-kadang komunikasi yang disengaja dibuat
tampak tidak disengaja. Banyak pengacara menganjurkan klien mereka untuk
berpakaian dengan cara tertentu di ruang pengadilan, misalnya Patty Hearst.
Pakaian tua digunakannya untuk melunakkan fakta bahwa dia kaya, dan blus yang
kebesaran digunakan untuk memberikan kesan bahwa berat badannya melorot untuk
menarik simpati para juri.
Jadi, niat atau kesengajaan bukanlah syarat untuk
mutlak bagi seseorang untuk berkomunikasi.
- Komunikasi
terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak
komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat dimana
proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan
komunikasi itu berlangsung.
Tertawa terbahak-bahak atau memakai pakaian dengan
warna menyala, seperti merah, sebagai perilaku nonverbal yang wajar dalam suatu
pesta dipersepsi kurang beradab bila hal itu ditampakkan dalam acara pemakaman.
Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu pesan.
Dering telepon pada tengah malam atau dini hari akan dipersepsikan lain bila
dibandingkan dengan dering telepon pada siang hari.
Pengaruh konteks waktu dan konteks sosial terlihat
pada keluarga yang tidak pernah tersenyum atau menyapa siapapun pada hari-hari
biasa, tetapi mendadak menjadi ramah pada hari lebaran. Penghuni rumah membuka
pintu rumah mereka lebar-lebar, dan mempersilahkan tamu untuk mencicipi makanan
dan minuman yang telah mereka sediakan.
Suasana psikologis peserta komunikasi juga
mempengaruhi suasana komunikasi. Komentar seorang istri akan mahalnya kebutuhan
rumah tangga dan kurangnya uang belanja pemberian suami mungkin akan ditanggapi
santai oleh suami dalam keadaan biasa. Akan tetapi, suami akan marah besar
apabila sang istri mengatakan komentar tersebut saat suami baru pulang kerja
dan baru dimarahi atasannya.
- Komunikasi
melibatkan prediksi peserta komunikasi
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan
efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh
aturan atau tatakrama. Artinya, orang-orang memilih strategi tertentu
berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespons. Prediksi ini
tidak selalu disadari dan sering berlangsung cepat.
Sebagai contoh adalah peristiwa bersendawa. di
Indonesia, setelah makan, seseorang yang ingin bersendawa akan berusaha
menahannya atau melakukannya tanpa suara karena merasa itu adalah suatu
tindakan yang tidak sopan, sebab ia sebagai komunikator akan memprediksikan
reaksi orang-orang di sekitarnya, dan tentunya ia akan malu jika dianggap jorok
dan tidak sopan. Namun di Arab, seseorang yang melakukan sendawa setelah makan
akan dianggap menghormati masakan tuan rumah, kaena sendawa di Arab diartikan
sebagai suatu kepuasan akan makanan yang dihidangkan. Jadi orang Arab akan
memprediksikan reaksi orang-orang di sekitarnya sebelum akan bersendawa, dan
saat ia merasa itu tidak apa-apa dan ia akan dianggap menghormati masakan tuan
rumah selesai bersendawa, maka ia akan bersendawa tanpa merasa malu.
- Komunikasi
bersifat sistemik
Ada
2 sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi berlangsung : sistem internal dan sistem eksternal. Sistem Internal adalah seluruh sistem
nilai yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang
ia serap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya ( keluarga,
masyarakat setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga pendidikan,
kelompok sebaya, tempat kerja, dan sebagainya ). Sistem internal ini mengandung
semua unsur yang membentuk individu yang unik, termasuk ciri-ciri
kepribadiannya, intelegensi, pendidikan, pengetahuan, agama, bahasa, motif,
keinginan, cita-cita, dan semua pengalaman masa lalunya, yang pada dasarnya
tersembunyi. Sistem eksternal adalah
unsur-unsur dalam lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih
untuk berbicara, isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan dilingkungan
sekitarnya, penataan ruangan, cahaya, dan temperatur ruangan. Elemen-elemen ini
adalah stimuli publik yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam setiap
transaksi komunikasi.
- Semakin
Mirip Latar Belakang Sosial-Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi
Komunikasi
yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para
pesertanya ( orang-orang yang sedang berkomunikasi ). Dalam kenyataannya, tidak
pernah ada dua manusia yang persis sama, meskipun mereka kembar yang dilahirkan dan diasuh dalam keluarga
yang sama, diberi makanan yang sama dan dididik dengan cara yang sama, tetap
saja mereka memiliki perbedaan. Namun kesamaan dalam hal-hal tertentu, misalnya
agama, ras, bahasa, tingkat pendidikan, atau tingkat ekonomi akan mendorong
orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya karena kesamaan tersebut
komunikasi mereka menjadi efektif. Makna suatu pesan, baik verbal maupun
nonverbal, pada dasarnya terikat budaya.
- Komunikasi
Bersifat Nonkonsekuensial
Meskipun
terdapat banyak model komunikasi linier atau satu-arah, sebenarnya komunikasi manusia dalam bentuk dasarnya
(komunikasi tatap-muka) bersifat dua-arah.
Ketika seseorang berbicara kepada seseorang lainnya, atau kepada sekelompok
orang seperti dalam rapat atau kuliah
sebetulnya komunikasi itu berjalan dua-arah, karena orang-orang yang kita
anggapp sebagai pendengar atau penerima pesan sebenarnya juga menjadi
“pembicara” atau pemberi pesan pada saat yang sama, yaitu melalui perilaku
nonverbal mereka, contoh senyuman (seorang wanita) sebagai tanda ketertarikan
atau menggoda, menguap sebagai tanda bosan atau mengantuk, atau menggigit jari
sebagai tanda gelisah. Meskipun sifat sirkuler digunakan untuk menandai proses
komunikasi, unsur-unsur tersebut tidak berada dalam suatu tatanan yang bersifat
linier, sirkuer, helikal, atau tatanan lainnya. Unsur-unsur proses komunikasi
boleh jadi beroperasi dalam suatu tatanan tadi, tetapi mungkin pula, setidaknya
sebagian, dalam suatu tatanan yang acak. Oleh karena itu, sifat nonsekuensial
alih-alih sirkuler tampaknya lebih tepat digunakan untuk menandai proses
komunikasi.
- Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis,
dan Transaksional
Seperti
waktu dan eksistensi, komunikasi tidak mempunyai awal dan akhir, merupakan
proses yang berkesinambungan (continious).
Dalam proses
komunikasi, para peserta komunikasi saling mempengaruhi, seberapa kecil pun
pengaruh itu, baik lewat komunikasi verbal, mau pun komunikasi nonverbal.
Transaksi menunjukkan bahwa para peserta komunikasi saling berhubungan,
sehingga kita dapat mempertimbangkan salah satu tanpa mempertimbangkan yang
lainnya.
Implikasi dari komunikasi sebagai proses yang dinamis dan
transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah (dari sekedar
berubah pengetahuan hingga berubah pandangan terhadap dunia dan perilakunya).
Implisit dari dalam proses komunikasi sebagai transaksi
adalah proses penyandian (encode) dan penyandian balik (decode). Kedua proses
itu merupakan proses yang serempak, bukan bergantian. Keserempakan inilah yang
menjadikan kmunikasi sebagai transaksi.
11. Komunikasi Bersifat Irreversible.
Dalam
komunikasi, sekali mengirim pesan, kita tidak dapat mengendalikan pengaruh
pesan tersebut bagi khalayak, apalagi menghilangkan efek tersebut.
Sifat
Irreversible ini merupakan implikasi
dari komunikasi sebagai proses yang yang selalu berubah. Konsep ini hendaknya
menyadarkan kita bahwa kita harus berhati-hati untuk menyampaikan pesan
terhadap orang lain, karena efek dari pesan yang kita sampaikan tidak dapat
ditiadakan maupun meralatnya.
12. Komunikasi Bukan Panasea untuk Menyelesaikan
Berbagai Masalah
Banyak persoalan atau konflik yang terjadi antar manusia
disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi bukan Panasea (obat
mujarab) dalam penyelesaian masalah. Penyebab dari masalah itu mungkin
diakibatkan masalah struktural.agar komunikasi efektif, maka kendala struktural
ini harus diatasi.
Sebagai
contoh, meskipun Pemerintah membangun komunikasi yang efektif dengan masyarakat
Papua atau Aceh. Hal ini tidak menjamin konflik akan selesai, sebelum
pemerintah memperlakukan masyarakat tersebut dengan adil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar